Saturday, January 21, 2012

Bocah dan Handphone

Saya akan bercerita tentang kejadian yang saya alami kemarin, tepatnya perjalanan pulang dari kosan menuju ke rumah. Ketika sedang berjalan ke arah halte, tiba-tiba saya diikuti oleh 2 bocah yang bisa dibilang kucel, dekil, dsb. Perasaan saya jadi ngga enak nih. Oke, saya tutupi perasaan itu dengan candaan ke mereka sampai muncul pertanyaan:

Saya: "Kalian emang mau ke mana dek?"

Bocah1: "Mau naik bikun kak"

Saya: "Ke mana?"

Bocah2: "Ngikutin kakak.."

Saya (dalam hati): "Ngik, mau ngapain nih bocah?"

Baiklah, saya akan mengikuti alur mereka sampai sejauh mana mereka berani jadi 'followers' saya. Ketika menunggu bis, mereka berceletuk:

Bocah1: "Kak, bagi goceng dong!"

Ah, i know what they want!

Bocah2: "Yauda, kalo gitu gocap aja"

Saya: "Eh, busyet deh, malak dek??" (sambil ketawa, antara maksa dan tidak)

Mereka masih kecil, teman. Kenapa mereka dididik seperti itu? I mean, masih banyak yang bisa dilakukan selain meminta. Apa karena mereka masih kecil, saya bisa tersentuh untuk memberikan uang begitu saja? No! Saya tidak tahun di mana orang tua mereka saat itu, tapi kalau ada saat itu, saya bisa meledak ke orang tuanya. Thanks God they didn't show up.

Dalam benak saya langsung muncul berjuta cara untuk menghentikan mereka jadi 'followers' saya.
1. Turun di suatu tempat dari bis, bilang mau kuliah = boleh lah dicoba
2. Duduk terus di halte sampai mereka juga lelah menunggu = hmm, ini sih saya yang lelah duluan
3. Naik ojek, jadi mereka tidak bisa mengikuti = no! mahal!
4. Naik kereta, biarkan saja mereka mengikuti sampai lelah *ketawa iblis* = agak tidak tega dan terlalu berisiko
Dan setelah diingat, ditimbang, akhirnya diputuskan untuk menjalankan rencana 1 saja. Sebenarnya masih kurang percaya, apakah mereka benar-benar akan mengikuti saya.

Ah, akhirnya bis datang! Saya bersiap naik dan...

Bocah1: Kakak, jangan naik bis yang ini! Ini mah ke arah Bandung!" (sambil narik baju saya)

Saya: "Aduh dek, saya mau kuliah, ntar telat nih!"

Apa-apaan coba mereka! Mereka tidak kenal saya tapi berani seperti itu. *kesal*. Sambil menaiki bis yang penuh, saya memperhatikan mereka. Guess what, mereka juga ikutan naik. Oh My!!! Sepanjang perjalanan menuju tempat yang direncanakan, mereka benar-benar berisik, mengganggu penumpang lain. Cepatlah sampai!!

Ketika sampai tempat tujuan, bisa ditebak lah ya, mereka pun turun. Mereka benar-benar mengikuti saya.

Saya: "Udah sana pada pulang, mau kuiah nih, dosennya galak!"

Bocah2: "Mau ngikutin kakak aja!"

Saya jalan, mereka tetap mengikuti.

Saya: "Dek, mau pulang atau saya panggilin satpam? Saya serius, jangan ketawa kayak gitu, ngga ada yang lucu!!"

Bocah1: "Minta seceng kak, kalo engga minta kacamata kakak, atau jam tangan kakak"

Parah! I was going crazy. Really really.

Saya: "Oke, saya panggilin satpam, ayo ikutin saya!"

Saya pun berjalan ke pos satpam, ternyata mereka tidak berani mengikuti. Saya tidak jadi memanggil satpam, langsung saja saya masuk ke halaman parkir. AH! Mereka masih muncul!!! Baiklah, saya memutuskan untuk duduk di antara bapak-bapak dan ada satpam juga di sebelahnya (hahaha). Saya menunggu sampai bocah-bocah itu hilang dan pulang dengan jalan yang berbeda agar tidak bertemu mereka lagi. And I did it! Fiuuuhhh, perasaan lega ini sangat luar biasa.

Ingin rasanya bercerita tentang kejadian ini ke teman. Saya mencari handphone saya dalam tas. Mencari, dan terus mencari.

Mamaaaaaa!!!! HP saya tertinggal di kosan!! What a day!! Dan saya berencana untuk tidak kembali ke kosan ketika weekend, which means saya tidak akan bersama HP saya sampai hari Senin tiba.

Itulah sepenggal kisah saya kemarin. Benar-benar ter-la-lu.


-nothing's good about cucumber-